Sabtu, 01 Juni 2013

Puisi 3


"SANG PENYEMANGAT"


Hatiku begitu menggebu
Setiap kudengar tausiyah suci itu
Rangkai katanya merona hatiku
Alur ritmiknya memerah telingaku

Jiwaku menggebu haru bertalu
Setiap derap pergerakan dihentakkan
Menyentak rasa lengang sanubari
Menggetar senyap keterlenaanku

Wahai geloraku, jangan tenggelamkan
Rasa cintaku pada perjuangan ini
Hanya karena tak bertemu sang guru
Yang selalu mengetuk pintu hatimu

Sematkan dalam ingatanmu,
Pandangan optimis penuh harapan
Seperti menatap indahnya langit biru
Penuh cahaya, menghangatkan hati

Agar kusambut langkah perjuangan itu,
Bersama kalam dan sabda yang tlah terpatri
Buktikan rasa peduli, simbol pemberani
Agar sinarnya terangi persada ini

Jadilah bunga yang harum di persada ini
Yang menebar wangi, pesona alami
Bangkit dan melangkahlah dengan pasti
Peradaban di negeri ini harus tegak berdiri


"MENGUSIR MALAS"

Hai , malas yang mengungkungku
Kuingin menghancurkanmu
Karena kau telah menelan masaku

Hai, malas yang selalu lekat menyelinggkup tubuhku
Pada tiap sisi ruang dan waktu
Bodohnya aku tak kuasa menepis keangkuhanmu

Meski telah kuupayakan
Tak bertegur sama denganmu
Kau terus saja menggapai-gapai menarikku

Setiap langkah yang terarah melawanmu
Magnet kemalasan pasang kuda-kuda menjeratku
Kurasa kantuk, berkeringat, pusing dan pegal
Menyeretku kepembaringan…..
Melenakanku dalam mimpi kesiangan

Oh…….
Kemalasan enyahlah…..
Aku tak hendak kehabisan…..
Waktu berhargaku

" Mereka dan Masa Depan"

Kanak-kanak bertelanjang kaki itu berkumpul bergerombol
Menatap pelangi yang datang menyembul di kejauhan
Disuatu senja, ditepian pantai yang menghampiri rembang petang
Disebuah pulau, diujung negeri makmur, terkenal subur

Imajinasiku mengembara masuk kedalam lubuk hati mereka
Ingin kutahu apa yang mengisi pikiran mereka
Adakah tanya pada pelangi yang penuh warna itu
Akan masa depan yang boleh mereka lewati
Adakah mereka bertanya pada pelangi yang indah itu

Tentang kebahagian yang boleh mereka rengkuh kelak
Adakah mereka bertanya pada pelangi cerah terang itu
Masih adakah sekolah tuk belajar menangguk ilmu

Imajinasiku makin membara, benakku berceloteh
Masa’kan mereka hanya boleh berharap pada pelangi
Yang datangnya tak menentu dan hanya sesekali

Masa’kan hanya karena gempa dan tsunami,
Yang meluluh lantakkan tanah kelahiran mereka
Mereka jadi kehilangan harapan dan masa depan
Masa’kan hanya karena ayah-ibu mereka digulung ombak

Mereka harus kehilangan balaian kasih dan dekapan sayang
Tak cuma itu…….
Sanak-saudara merekapun turut ditelan samudra
Ranah merekapun diratakan gemulung gelombang

Nuraniku turut hanyut bersama kembara imajinasiku
Seakan ada samudra lepas yang harus kuarungi
Seakan ada gunung menjulang yang harus kudaki
Seakan ada hamparan daratan luas yang harus kuselusuri

Dan menghampiri setiap titik dimana dapat kujumpa asa
Dan bertemu dengan beribu cahaya disetiap penjuru arah
Kan kuajak dengan sepenuh hati, dan kurangkul tuk perduli
Dan kan kuberikan pada kanak-kanak yang menatap pelangi

Wahai ……anak malang yang tengah terisolir oleh derita
Lihatlah apa yang kuhimpun ditangan kanan ini
Dari pelosok nusantara yang masih bertabur kemakmuran
Meski sabda alam, silih berganti menebar bencana

Masih berjajar dermawan-dermawan berhati mutiara
Yang membuka jalan bagimu menuju cita-cita
Dan imajinasiku pergi bersama pudarnya warna pelangi
Namun jiwa-jiwa mulia kuyakindatang dan memberi arti


#Ghina_Jenong

Tidak ada komentar:

Posting Komentar